Makna Qurban, Tak lagi Sekadar Memotong dan Membagikan Hewan Qurban

Makna Idul Qurban

Terhadap kebanyakan, peyelenggaraan qurban identik bersama kiat tradisional yg sudah terjadi bertahun-tahun dulu, sebatas menunaikan pemotongan hewan qurban & membagikan daging utk yg memerlukannya‎. Tidak terpikir buat membagikannya ke tetangga desa, tidak terbayang saudara beda kota, propinsi, lebih-lebih beda negeri.

Dulu sekarang, hadir penyelenggara qurban generasi baru : lebih mutakhir, meluaskan maslahat qurban melintas tidak cuma sebatas desa bahkan jadi medium diplomasi & advokasi. Apalagi lagi, pengadaannya didesain utk dapat me‎mberdayakan warga.

Sehingga urusan kurban terpilah jadi dua grup agung : tradisional (mendahulukan yg terdekat), & trendi(lintas batas daerah bahkan batas negeri). Bagi yg jalankan dengan cara tradisional pasti sah-sah saja sebab di jumlahnya masjid atau lingkungan, kaum papa senantiasa ada. Tetapi bagi yg mutahir, tetap berkembang bahkan mendayagunakan tehnologi komunikasi, menguatkan jaringan kemitraan sekaligus menguatkan komunitas-komunitas. Qurban di tangan manajemen mutakhir, tidak berlebihan jikalau aku katakan mampu jadi medium penumbuhan strategi membenahi peradaban.

Di tengah kutub tradisional & mutahir, ada fakta di ke-2 pihak, serta kesempatan yg mungkin saja sanggup menghambat perubahan. Mula-mula, ada tren peniruan kreatif, berlomba menaikkan kelas dinas jadi setara. ‎Apa yg menciptakan business dinamakan mutahir, niscaya bakal ditiru, contohnya web, penetapan ikon, bahkan iklan & memproduksi film. Ini hikmah perkembangan technologi informatika. Di ranah ‘tradisional’ serta meskipun jangkauannya terus kurang lebih, edukasi & pertanggungjawabannya memakai tehnologi informatika.

Ke-2, ‎di ranah mutakhir, penyelenggara kurban kian aktif “berburu kesulitan” melayani “titik-tersulit” dimana calon mustahiknya diyakini akan amat terbantu dgn daging qurban. Semakin jauh, semakin susah, semakin mantaplah performa Instansi penyelenggara kurban. Perspektif seperti ini sadar atau tak, berjalan termasuk juga bagi Global Qurban (GQ)-ACT.

Hingga hri ini, Global Qurban di Djogja distribusinya mencapai desa-desa terpencil yg terdampak kekeringan, diantaranya desa-desa di pegunungan Piyungan. Aku dapati mereka tidak membayangkan mampu memperoleh daging qurban. Telah tentu, mereka bersyukur sekali.

Di sela distribusi, perbincangan bersama tokoh setempat, terungkap, bahwa masyarakat lereng pegunungan Piyungan, Bantul teramat menginginkan, ACT dapat memikirkan pertolongan pasca Idul Qurban. Sumur air, pangan & pembangunan ekonomi seperti business ternak hewan diyakini pas sbg trick meningkatkan bayaran keluarga mereka.‎

‎Wilayah Klaten & Magelang pula tidak luput oleh Global Qurban ACT. Kami mendistribusikan 500 kambing qurban & 38 ekor sapi qurban yg turut meramaikan suasana hri qurban th ini. Wilayah kekeringan & kesusahan air bersih yg jadi sasaran distribusi, antara lain ‎Dusun Sanansari, Mojosari, & Umbulsari

Ada sepercik ekstrim perasaan, perdana rasa bahagia sebab jumlah pequrban meningkat drastis di th ini‎, maka impak pemberdayaannya pun meluas, berarti tidak sedikit orang dapat dibantu. Ke-2, rasa bersalah, kala tidak sedikit kami dapati beberapa orang yg baru perdana kali menerima daging qurban; atau telah bertahun-tahun ga ada pequrban atau panitia qurban mengirim daging buat mereka. Telah sehebat ini perkembangan umat Islam, telah demikian pesat angka kelas menengah muslim Indonesian, masihlah saja ada orang yg menyantap daging kurban baru perdana kalinya!

Jangan-jangan kita seluruh yg berpunya, para pengelola qurban canggih di mana-mana, di hati kecilnya justru mengharapkan menemukan yg eksotis, yg tragis & dapat bikin nangis : ‎calon penerima qurban yg baru mula-mula kalinya menyantap daging sapi atau kambing!

Di situ rasa bersalah aku membubung. Mudah-mudahan sejak hri ini, di wilayah aku, di negara aku, di semua dunia, tidak ada lagi orang yg sedemikian sengsaranya, jangankan makan daging, buat sekadar sanggup bersi kukuh hidup saja demikian berat! Keliru akbar apabila kaum kaya-berpunya atau pejuang kemanusiaan punyai pikiran buat sanggup senantiasa menemukan orang yg sebegitu sengsara maka mereka dapat datang laksana penyelamat. Naudzu billahi mindzaalik. Mengganti mindset kita saat ini!

Awal Purnama

Kepala ACT Cabang Yogyakarya

img : thejakartapost

Sumber

Tinggalkan komentar