Kisah Sekolah Baru di Tanah Alor, Ketika Sekolah di Perbatasan Negeri itu Perlahan Terwujud

sekolah-perbatasan-negeri

sejauh ini perbatasan negara senantiasa jadi wilayah diabaikan oleh beraneka gemerlap pembangunan. Sewaktu berkali-kali pemimpin negara ini berganti, kayaknya tidak ada yg betul-betul mendalami bahwa Indonesia itu terdiri dari ribuan pulau mungil. Ribuan pulau di perbatasan yg butuh serta utk diperhatikan infrastrukurnya. Apalagi bangunan fisik yg digunakan utk proses menggali ilmu mengajar calon pemimpin bangsa. Seperti kisah berkaitan nihilnya bangunan sekolah di Tanah Alor, Nusa Tenggara Timur.

“Hore, alhamdulillah Kaka, torang punyai sekolah!” teriak Nanda tidak sanggup menyembunyikan rasa bahagianya.

Nanda ialah sebahagian mungil dari puluhan peserta didik seumurannya yg waktu ini sedang didekap rasa bahagia. Ketika itu, Nanda kelihatan memandangi beberapa orang dewasa yg sedang menggali tanah bersama mata berkaca-kaca. Di mata siswi kelas dua Madrasah Tsanawiyah Insan Cita Moru ini, pemandangan di depannya niscaya demikian indah. Karena, di atas tanah yg sedang digali oleh beberapa orang dewasa itu, di antara mereka yakni guru-gurunya, nantinya dapat berdiri satu buah gedung sekolah. Ya gedung sekolah baru di wilayah perbatasan Indonesia. Wilayah tertinggal & terpencil yg minim sekali punyai infrastruktur sekolah.

Pada Awal Mulanya, para siswi MTS Insan Cinta Moru mesti mempelajari bersama menekan rasa malu. Pasalnya, mereka terpaksa mempelajari bersama menumpang di sekolah yg bukan milik mereka. Hariati, sahabat kelas satu Nanda mengaku malu, lantaran kerap diejek rekan-rekan dari sekolah lain.

“Saya malu senantiasa bisa hinaan dari kawan-kawan Sekolah Basic (SD) dahulu, menurutnya kami tidak punyai gedung & lantainya bolong-bolong”, tutur Hariati, ketika menonton penggalian pondasi Madrasah Tsanawiah Swasta (MTS) Insan Cita Moru, Desa Pailelang, Kecamatan Alor Barat Daya (Abad), Kab Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (15/11). Tidak Hanya tukang bangunan, segenap factor penduduk, ketua tradisi, wali murid, guru, & peserta didik ikut berpartisipasi dalam pembangunan bersama penuh ceria & semangat.

Intan Sari Abdul Kadir, peserta didik kelas dua, serta kelihatan demikian bergembira. Pembangunan sekolah dgn dinding beton ini merupakan jawaban atas doa-doanya. Intan mengaku, tiap-tiap hri berdoa biar sekolahnya langsung punyai gedung sendiri. Intan mengaku tidak tahan dikarenakan tidak jarang dihina oleh teman-temannya dari sekolah lain seperti Hariati, saat mereka bertemu.

“Intan berdoa waktu saat shalat maghrib biar punyai gedung baru dgn seng berwarna biru,” ucap Intan.

Hariati, Intan & Nanda dgn peserta didik yang lain juga ikut pula menolong membangun pondasi sekolah, mereka mengangkut batu-batu kali ke lubang pondasi yg sudah digali oleh penduduk. Di hri Sabtu segala kegiatan mempelajari mengajar benar-benar diliburkan guna berikan peluang para peserta didik & guru buat berpartisipasi serta-merta dalam pembangunan sekolah baru mereka.

Tidak ketinggalan Haji Abdul Kadir, Kepala Sekolah MTS Insan Cita Moru ikut menggali, memotong akar pohon yg menghalangi jalur pondasi, bahkan kepala desa Tribur, Nuding Boling, ikut berpartisipasi mengangkut batu. Seolah tidak mau ketinggalan dalam momen bernilai ini.

Sebanyak penduduk yg ikut bergotong royong pula ikut berpengaruh kepada cepatnya proses penggalian pondasi, menjelang pukul 10.00 WITA telah selesai, tidak hingga tengah hri & terang lebih serentak dari diwaktu yg ditargetkan.

MTS Insan Cita Moru dibangun oleh Perbuatan Langsung Tanggap (ACT) atas donasi dari Wardah yang merupakan sektor dari Acara Tepian Negara. (act.id)

Sumber

Tinggalkan komentar